MAKALAH
ETIKA PROFESI
KONSTRUKSI
Septian
Adji Soko
NIM
: 080309106892
Politeknik
Negeri Balikpapan
2011
..................................................................................................................................................................
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam.Hanya dengan rahmat, Karunia, hidayah
serta izinNya lah makalah ini dapat selesai tanpa hambatan yang berarti. Ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Ayah dan Ibunda
tercinta yang selalu memberikan support kepada penulis serta Dosen Pembimbing
Etika Profesi yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini.
Makalah
Etika Profesi
ini membahas tentang Etika
Profesional dalam Konstruksi.
Mugkin
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun, harapan penulis
semoga makalah ini dapat berguna bagi Pembaca . Aamiin. Wassalam.
Balikpapan, juli 2011
Penulis
...............................................................................................................................
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………….. i
Daftar
Isi............................................................................................................... ii
Bab
I Pendahuluan............................................................................................... 1
1.1. Latar
belakang.......................................................................................1
1.2. Rumusan
masalah..................................................................................3
1.3. Tujuan...................................................................................................3
Bab II
2.1.Pengertian
Konstruksi............................................................................2
2.2.
Etika......................................................................................................2
2.3.
Profesi...................................................................................................6
2.4. Kode Etik Profesi..................................................................................9
2.5.
Etika
Konstruksi..................................................................................14
2.6.
Kinerja
Konstruksi..............................................................................15
2.5.1. Pengukuran Kinerja Proyek Konstruksi.....................................15
2.5.2. Tingkat Kinerja
Konstruksi........................................................16
2.7. Literatur review atas surveyor............................................................17
2.8.Etika
profesional dan surveyor............................................................19
Bab III Penutup..................................................................................................22
Daftar
Pustaka....................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Selama
ini banyak sekali berbagai macam penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan
oleh profesional konstruksi sehingga banyak merugikan konsumen. Mulai dari
kolusi, penipuan serta mutu produk konstruksi yang tidak memenuhi standar.
Sebagian besar konsumen merasa tidak puas dengan hasil kinerja para profesional
konstruksi.
Hal
ini mendorong beberapa peneliti dan organisasi konstruksi di dunia untuk
melakukan survey. Sehingga dari hasil survey tersebut dibuat beberapa
peraturan/ kode etik untuk mengurangi keluhan ketidak puasan konsumen terhadap
hasil produk konstruksi.
Konstruksi
merupakan industri yang hasil produksinya digunakan oleh banyak orang. Dimana
industri konstruksi sangat berhubungan dengan kepuasan dan keselamatan banyak
orang.
1.2. Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai berbagai macam pelanggaran etika profesi
berdasarkan hasil survey yang dilakukan beberapa organ yang dilakukan.
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
-
Menjelaskan pengertian kode
etik dalam bekerja.
-
Menjelaskan alasan dibuatnya
kode etik profesi dalam industri konstruksi.
BAB II
ISI
2.1.Pengertian
Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu
kegiatan membangun
sarana maupun
prasarana. Dalam sebuah
bidang
arsitektur
atau
teknik sipil,
sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan
infrastruktur
pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal
sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan
kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Pada umumnya
kegiatan konstruksi diawasi oleh
manajer proyek, insinyur
disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada
mandor
proyek yang mengawasi
buruh bangunan, tukang
kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya
dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan
metode
penentuan besarnya
biaya
yang diperlukan, rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi saat pekerjaan
konstruksi dilakukan. Sebuah
jadwal perencanaan yang
baik akan menentukan suksesnya sebuah pembangunan terkait dengan pendanaan,
dampak lingkungan, keamanan lingkungan konstruksi, ketersediaan material
bangunan,
logistik,
ketidak-nyamanan publik terkait dengan adanya penundaan pekerjaan konstruksi,
persiapan dokumen dan tender, dan lain sebagainya.
2.2. Etika
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
1. Drs.
O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat :
etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg
baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs.
H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika member manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika
pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika
ini dapatdibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam
menentukan baik dan buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif,
yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif,
yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Etika Umum,
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar
yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan
prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini
bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori
dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud :
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan
kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika Khusus dibagi
lagi menjadi dua bagian :
1. Etika individual,
yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai
kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial
tidak dapat dipisahkan satu sama lain
dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai
anggota umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia
dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga,
masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa pandangan dunia dan
idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka
etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan
pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika
profesi
4. Etika
politik
5. Etika
lingkungan
6. Etika
idiologi
Sistem Penilaian Etika :
1. Titik berat penilaian etika
sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau
jahat, susila atau
tidak susila.
2. Perbuatan atau kelakuan seseorang
yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut
akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk
perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari
dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita,niat hati, sampai ia
lahir keluar berupa perbuatan nyata.
3. Burhanuddin Salam, Drs.
menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga) tingkat :
a. Tingkat pertama, semasih belum
lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana dalam hati, niat.
b. Tingkat kedua, setelah lahir
menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil
perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa Etika Profesi
merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika
sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan,
wil. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam
hal merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi :
1. Tujuan
baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
2. Tujuannya
yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
3. Tujuannya
tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
4. Tujuannya
baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
2.3. Profesi
Harus
kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan / Profesi” dan “Profesional”
terdapat beberapa perbedaan :
1. Profesi :
a. Mengandalkan suatu
keterampilan atau keahlian khusus.
b. Dilaksanakan sebagai
suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c. Dilaksanakan sebagai
sumber utama nafkah hidup.
d. Dilaksanakan dengan
keterlibatan pribadi yang mendalam.
2. Profesional :
a. Orang yang tahu akan keahlian dan
keterampilannya.
b. Meluangkan seluruh waktunya untuk
pekerjaan atau kegiatannya itu.
c. Hidup dari situ.
d. Bangga akan pekerjaannya.
Ciri- Ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat
yang selalu melekat pada profesi, yaitu:
1. Adanya
pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya
kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi
pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada
izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum
profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur
perilaku yang berada di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan
yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola
perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang
kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi,
bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.
Profesi selalu dikaitkan dengan gagasan 'layanan'. Dengan demikian, profesi
telah digambarkan sebagai sekelompok orang terorganisir untuk melayani tubuh
khusus pengetahuan dalam kepentingan masyarakat (Appelbaum & Lawton, 1990:
p4). Demikian pula, Whitbeck (1998: p74) menegaskan bahwa profesi adalah
"pekerjaan yang baik memerlukan studi lanjutan dan penguasaan tubuh khusus
pengetahuan dan melakukan untuk mempromosikan, menjamin atau menjaga beberapa
hal yang secara signifikan mempengaruhi 'kesejahteraan orang lain ".
Tanggung jawabnya telah banyak digambarkan sebagai termasuk kepuasan
"kebutuhan sosial sangat diperlukan dan bermanfaat" (Johnson, 1991:
p63- 64); dan tujuan pelayanan kepada publik (Murdock dan Hughes, 1996, dikutip
dalam Fryer, 1997:p31). Seorang profesional beroperasi di dunia orang-orang
dengan siapa mereka bekerja, rekan dan spesialis lain, dan orang-orang yang
mereka layani, seperti klien mereka dan publik (Pressman, 1997: p10) - hubungan
yang telah disebut sebagai "konsensus dan fidusia "(Pressman, (1997).
Profesional tidak dibebaskan dari perilaku etis yang umum - seperti,
kewajiban, tugas dan tanggung jawab - yang mengikat orang-orang biasa (Johnson,
1991:p131) dan biasanya terikat oleh seperangkat prinsip, sikap atau jenis
karakter disposisi yang mengontrol cara profesi dipraktekkan Hal ini telah
disebut dan kekhawatiran potensi masalah menghadapi anggota profesi atau
kelompok dan dampaknya terhadap masyarakat (Johnson, 1991:p132) dengan
implikasi bahwa keadilan harus dikaitkan tidak hanya untuk klien tapi juga
rekan-rekan dan publik (Johnson, 1991: p117). Salah satu aspek penting adalah
bahwa konflik kepentingan, didefinisikan sebagai bunga yang, jika diikuti, bisa
tetap profesional dari pertemuan salah satu kewajiban mereka (Coleman, 1998:
P34). Lain adalah profesional yang tepat yang relevan disebut sebagai "Hak
Penolakan nurani" yang merupakan hak karyawan untuk menolak untuk
mengambil bagian dalam tidak etis melakukan ketika dipaksa untuk melakukannya
oleh majikan. Hal ini dapat terjadi dalam pekerjaan atau non-kerja situasi dan
mungkin tidak perlu melibatkan melanggar hukum (Whitbeck (1998: P51).
Penolakan nurani dapat dilakukan dengan baik hanya tidak berpartisipasi
dalam kegiatan yang satu melihat sebagai tidak bermoral, atau mungkin dilakukan
dengan harapan membuat protes publik yang akan menarik perhatian pada situasi
yang orang percaya yang salah (Whitbeck, 1998). Profesi yang berbeda,
bagaimanapun, memiliki reputasi yang berbeda sepanjang etika perilaku yang
bersangkutan. Dalam sebuah survei pendapat terbaru umum, misalnya, arsitek
dinilai unggul dalam perilaku etis untuk pengacara, beberapa dokter dan hampir
semua pengusaha, dengan para ulama berada di peringkat tertinggi Pengacara,
tampaknya, diharapkan untuk memprioritaskan kewajiban mereka untuk klien atas
kewajiban mereka kepada publik bahkan jika klien mereka bersalah melakukan
kejahatan, terlepas dari bagaimana keji kejahatan (Johnson, 1991).
2.4. Kode Etik Profesi
Kode etik profesi
merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila
ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori
norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode
etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau
nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Prinsip- Prinsip Etika Profesi :
1. Tanggung jawab
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan
terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk
kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk
memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
3.
Otonomi. Prinsip ini menuntut agar
setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan
profesinya.
Tujuan Kode Etik Profesi
:
1. Untuk menjunjung
tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan
pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan
mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan
mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan
di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi
profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku
standarnya sendiri.
Adapun fungsi dari kode
etik profesi adalah :
1.
Memberikan pedoman bagi setiap anggota
profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
2.
Sebagai sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3.
Mencegah campur tangan pihak di luar
organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan
profesi. Etika
profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai bidang.
Proyek konstruksi telah dikritik karena kurang mencapai dalam hal
kepuasan klien mengenai layanan yang diberikan oleh anggota tim
konstruksi.Proyek kurang menghormati hal ini yang kemungkinan akan menghasilkan
kinerja buruk profesional konstruksi. Federasi survei pada tahun 1997,
misalnya, telah menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga klien tidak puas dengan
kinerja kontraktor dan konsultan. Selanjutnya, klien juga tidak puas dengan
kinerja arsitek. Oleh karena itu, evaluasi kinerja pembangunanpada
proyek-proyek penting. Ada banyak penelitian tentang konstruksi, dengan fokus
pada aspek yang berbeda dari pengaruh mereka terhadap kinerja proyek. Ini
mencakup evaluasi kinerja kontraktor, menyelidiki kebutuhan klien selama proses
pembangunan, membahas peran arsitek dan mengidentifikasi keterampilan inti
untuk surveyor. Namun, ada kurangnya penelitian membahas isu-isu etika profesi
konstruksi.
Etika merupakan masalah penting bagi para profesional Sebuah profesi
sebagian besar melayani kebutuhan publik. Profesi hanya bisa bertahan jika
publik masih memiliki keyakinan padanya. Bagi sebuah profesi untuk mendapatkan
kepercayaan publik tergantung pada dua elemen penting, yaitu pengetahuan
profesional dan perilaku etis. Oleh karena itu, biaya ketidaktahuan tentang
etika berpotensi sangat tinggi. Selain dari mempengaruhi pada profesional
sendiri, juga dapat memberi dampak yang signifikan pada kualitas layanan yang
disediakan dan juga pada persepsi publik dan citra profesi. Menurut penelitian
yang dilakukan di Hong Kong, kesalahan antara praktisi konstruksi telah
menyebabkan citra industri memberikan standar pekerjaan yang buruk dan
banyaknya malpraktek. Para pelanggar etika konstruksi seperti praktisi dan
profesional telah menyebabkan perhatian pemerintah dan kepedulian. Sebuah
tingkat kinerja serta etika yang tinggi
menunjukkan tingkat kinerja yang profesional dan karenanya, tingkat ketidakpuasan dari klien
rendah. Meskipun ada literatur pada kinerja konstruksi dan ketidakpuasan klien,
etika profesional hampir pada tingkat yang rendah.
Partisipasi surveyor di industri konstruksi meliputi keseluruhan proyek
siklus sebagai surveyor kuantitas, surveyor praktek umum dan surveyor bangunan
telah spesialisasi yang berbeda. Meskipun Royal Institution Chartered Surveyors
(RICS) memiliki Kerajaan Charter status, persepsi masyarakat umum survei
profesional yang rendah. Mereka berpikir surveyor yang menawarkan jenis
pelayanan yang sama seperti agen perumahan dan juga memiliki tingkat yang sama
kepercayaan dan profesionalisme Peraturan RICS Profesional dan Departemen
Perlindungan Konsumen telah melaporkan mereka ditangani dengan sekitar 2.700
kasus kesalahan profesional yang melibatkan surveyor di Inggris yang tidak
pernah mencapai Profesional Melakukan Panel.Namun, Panel masih harus
menyeberang melalui sejumlah besar pelanggaran peraturan, rekening pelanggaran,
keluhan tentang penanganan masalah prosedur dan konflik.
Kurang dari 10% kasus mencapai Disiplin Panel, dan nama-nama yang
dilaporkan dalam Bisnis RICS hanya ujung dari peraturan gunung Steven
Gould, Direktur Peraturan RICS telah menyuarakan keprihatinannya, "RICS
harus sangat khawatir bahwa masih ada beberapa perusahaan survei yang tampaknya
tidak memahami dasar-dasar tentang cara menangani uang klien. Tidak ada niat
untuk melakukan hal yang salah tapi pada saat yang sama, tidak ada pemahaman
tentang bagaimana melakukan mereka benar dan tidak nyata pengakuan bahwa dalam
skenario terburuk; tindakan-tindakan tertentu bisa sangat merusak 'kepentingan'
klien. Hal ini semakin menegaskan perlunya penelitian pada etika profesional
surveyor.
Sebagian besar (90%) berlangganan Kode Etik profesional dan banyak (45%)
memiliki Kode Etik Perilaku dalam organisasi yang mempekerjakan mereka, dengan
mayoritas (84%) mempertimbangkan praktik etika yang baik menjadi tujuan
organisasi penting. 93% dari responden setuju bahwa "Etika Bisnis" harus
didorong atau diatur oleh "Pribadi Etika", dengan 84% responden
menyatakan bahwa keseimbangan dari keduabpersyaratan klien dan dampak pada
masyarakat harus dipertahankan. Tidak ada responden mengetahui adanya kasus
majikan berusaha untuk memaksa mereka karyawan untuk memulai, atau
berpartisipasi dalam, perilaku yang tidak etis. Meskipun demikian, semua
responden telah menyaksikan atau mengalami beberapa derajat perilaku tidak
etis, dalam bentuk perilaku tidak adil (81%), kelalaian (67%), konflik
kepentingan (48%), kolusi (44%), penipuan (35%), kerahasiaan dan kepatutan
melanggar (32%), penyuapan (26%) dan pelanggaran etika lingkungan (20%).
Untuk profesi membangun dan merancang, nilai tak terhitung kehidupan
manusia tuntutan tidak kurang dari pertimbangan moral tertinggi dari mereka
yang mungkin resiko sebaliknya (Mason, 1998: p2 Insinyur, arsitek, manajer
proyek dan kontraktor, oleh karena itu, memiliki hak dasar nurani profesional
(Martin dan Schinzinger, 1996). Sebuah aspek penting dari etika dalam industri
konstruksi "Etika pribadi" - sering ditafsirkan oleh para profesional
konstruksi sebagai hanya mengobati lain dengan tingkat yang sama kejujuran
bahwa mereka ingin diperlakukan (Badger dan Gay, 1996). Telah menyarankan,
bagaimanapun, bahwa profesional pada umumnya cenderung percaya bahwa kewajiban
mereka untuk klien mereka jauh lebih besar daripada tanggung jawab mereka
kepada orang lain, seperti publik (Johnson, 1991: p28 Ada juga beberapa kasus
di mana kritik telah dibuat mengenai kepatuhan terhadap standar etika, tidak
ada yang lebih dari keracunan asbes skandal yang mempengaruhi banyak pekerja
pada 1960-an (Coleman, 1998:p70)
Hari ini, profesional bangunan mendapatkan integritas dan kehormatan sampai
batas tertentu melalui profesional badan-badan seperti Australian Institute of
Building (2001) yang misinya termasuk yang dari mencerminkan anggotanya
'"... cita-cita untuk pendidikan, standar dan etika...". Ini
diwujudkan dalam kode praktek yang mendefinisikan peran dan tanggung jawab
profesional (Harris et al, 1995) dan merupakan landasan apapun. Meskipun
banyak laporan independen dan investigasi dilakukan dan menegaskan bahwa asbes
itu berakibat fatal, penggunaan dalam industri bangunan tetap sangat tinggi
sampai penggunaan itu benar-benar dilarang (Coleman, 1998). Program etika
(Calhoun dan Wolitzer, 2001). Tentu saja, kode saja cukup untuk memastikan
perilaku etis dan mereka perlu dilengkapi dengan penugasan tanggung jawab
fungsional (misalnya, etika perwira) dan majikan pelatihan.
Efektivitas ini telah menjadi obyek paling penelitian empiris sampai saat
ini, dengan penekanan khusus pada tender kolusif, yang didefinisikan sebagai
"perjanjian ilegal antara peserta tender yang menghasilkan tawaran yang
tampaknya kompetitif, penetapan harga, distribusi atau pasar skema yang
menghindari semangat bebas kompetisi dan menipu klien "(Zarkada-Fraser,
2000) dan termasuk tawaran-potong tawaran-belanja, harga tutup, biaya
tersembunyi dan komisi dan kompensasi untuk peserta tender yang gagal (Ray et
al, 1999; Zarkada-Fraser dan Skitmore, 2000) bersama-sama dengan
"penarikan" (Zarkada, 1998: p36) di mana sebuah tenderer menarik
tawaran mereka setelah berkonsultasi dengan peserta tender lainnya.
2.5.Etika Industri
Konstruksi
Dalam hal profesi individu, seringkali diasumsikan bahwa arsitek tidak
hanya berbakat dalam desain dan konstruksi bangunan, tetapi juga etika
tertinggi kaliber untuk contoh, telah
ditelusuri kembali ini untuk American Institute of Architects Kode Etik ditetapkan
pada tahun 1947. Kode etik saat ini berkisar pada konsep "umum yang baik
adalah benar "untuk hal-hal tidak didasarkan pada hukum (Pressman, 1997:
p52). Demikian pula, KodePerilaku Profesional, terdiri dari Prinsip, Aturan dan
Catatan. Arsitek telah ditemukan ingin di kali, bagaimanapun, sebuah jajak
pendapat baru-baru ini tentang etika dalam arsitektur dilakukan oleh majalah Arsitektur
Progresif, 1987 mengutip jenis utama dari perilaku yang tidak etis dalam
arsitektur menjadi:
· Menyembunyikan
kesalahan konstruksi dan mencuri orang lain menggambar
· Melebih-lebihkan
pengalaman dan prestasi akademik di resume dan aplikasi untuk komisi
· Pengisian
klien untuk bekerja tidak dilakukan, biaya tidak dikeluarkan atau berlebihan
· janji-janji
palsu kemajuan seperti yang dilakukan oleh beberapa arsitek
· menyesatkan
klien dalam manajemen proyek
· Keterlibatan
dalam konflik kepentingan
Untuk
manajer proyek, salah satu elemen penting dari profesi mereka adalah
pertimbangan etika dan tanggung jawab sosial (Fryer, 1997: p13). Harus ada ada
konflik antara moralitas dan manajemen yang baik "... Itupenting bahwa
manajer proyek melakukan pekerjaan mereka secara etis ...". Ini dari
Pembukaan Kode Etik bagi Manajer Proyek (Walker, 1989), menegaskan lingkup kode
etik yang tepat diperlukan oleh manajer proyek. Kontraktor konstruksi juga
diharapkan untuk berperilaku secara etis. Sebuah terakhir wawancara survei
profesional konstruksi menunjukkan peran penting etika melakukan bermain di
kontraktor konstruksi (Badger dan Gay, 1996), suatu mengejutkan Bahkan
mengingat bahwa orang yang bekerja di industri konstruksi dua kali lebih
mungkin mempertahankan cedera utama dan lima kali lebih mungkin untuk dibunuh, daripada
rata-rata untuk semua industri (Davis, 2001). Menjadi jujur dan realistis
juga dikatakan sebagai dasar aspek integritas profesional, terutama ketika
membuat klaim dan estimasi (Johnson, 1991: p114).
Berbeda dengan arsitek, bagaimanapun, kontraktor konstruksi memiliki
reputasi perilaku tidak etis, masalah utama yang, menurut sebuah jajak pendapat
yang dilakukan oleh jurnal Penelitian Bangunan dan Informasi (Pilvang
dan Sutherland, 1998), tinggi tingkat perselisihan antara pemilik dan
pembangun. Mereka umumnya miskin perilaku telah dikatakan berasal dari masuknya
perusahaan konstruksi baru dengan baru orang yang tidak memiliki etika bangunan
konstruksi, dengan keserakahan menjadi salah satu utama faktor yang menyebabkan
perilaku yang tidak etis (Ritchey, 1990 Sebagai tanggapan, telah ada panggilan
dari masyarakat kontraktor sendiri untuk "menyingkirkanorang-orang
dalam tengah-tengah kitayang tidak melakukan hal yang benar "(Master
Builder, 1997: P25). Ada juga pindah ke yang lebih besar swa-regulasi. Queensland
Pembangun Guru, misalnya, dimulai drive untuk lisensi semua pembangun untuk
memberikan beberapa jaminan integritas mereka. Demikian pula Inggris kontraktor
telah memperkenalkan konsumen didorong inisiatif yang disebut "Mark
Kualitas 'dengan tujuan membedakan antara 'Nakal' pembangun dan organisasi
terkemuka, seperti ditunjukkan dalam The Majalah dariFederation of Master
BuildersBiro Bisnis dan EkonomiPenelitian telah menggambarkan sebuah
inisiatif serupa di Amerika Serikat, untuk mengekang perilaku tidak etis oleh kontraktor,
yang disebut JenderalAsosiasi Kontraktor / AmerikaAsosiasi subkontraktor
(AGC / ASA) yang bertujuan untuk alamat yang berbeda masalah dalam industri
konstruksi.
2.6.Kinerja
proyek konstruksi
2.5.1.
Pengukuran kinerja
konstruksi
Indikator kinerja tradisional untuk proyek konstruksi telah waktu, biaya. Sebuah pengukuran yang lebih baru
diperkenalkan keberhasilan proyek adalah tingkat pencapaian tentang tujuan
proyek yang ditetapkan oleh berbagai pihak untuk itu De Wit (1988) menyatakan,
proyek ini dianggap sebagai keberhasilan keseluruhan jika proyek tersebut
memenuhi spesifikasi kinerja teknis dan / atau untuk dilakukan, dan jika ada
tingkat kepuasan yang tinggi tentang hasil antara orang-orang kunci dalam
organisasi induk, kunci orang di tim proyek dan pengguna kunci atau klien dari
usaha pembuat keputusan pada apakah proyek ini sukses adalah klien. Pentingnya
klien telah diidentifikasi dalam beberapa ulasan dan laporan Pada tahun 1981,
Roger Flanagon menyatakan 'partai penting dalam konstruksi industri klien
Bangunan adalah tentang mendapatkan itu tepat bagi klien karena dia adalah
hanya orang yang penting di akhir hari 'Latham (1994) telah menempatkan klien
pada 'inti dari proses dan kebutuhan mereka harus dipenuhi oleh industri
Baru-baru ini, Boyd dan Kerr (1998) menyatakan bahwa 'baru-baru ini doktrin
yang 'berfokus pada klien' telah mengangkat peran klien dalam properti dan
konstruksi industri untuk posisi seperti Tuhan. Hal ini dapat, oleh karena itu,
dikatakan bahwa kepuasan klien adalah kriteria yang paling penting bagi
keberhasilan proyek.
2.5.2.
Tingkat kinerja konstruksi
Meskipun penting, kinerja industri konstruksi rendah, diukur dalam hal baik
tradisional atau indikator kepuasan klien. Misalnya, survei dilakukan oleh
Forum Klien Konstruksi menemukan bahwa lima puluh delapan persen dari responden
mengalami overruns program pada proyek- proyek mereka dengan panjang
keterlambatan rata-rata empat puluh delapan hari dari titik penyelesaian
diantisipasi untuk aktual tanggal menyelesaikan Di depan anggaran, klien secara
kritis ketidakmampuan industri untuk menjaga anggaran kontrak yang disepakati;
tiga puluh dua persen dari proyek melebihi setuju jumlah Akhirnya, lima puluh
tujuh persen dari klien mengalami cacat pada proyek mereka cukup untuk
menyebabkan penundaan proyek penyerahan Klien sering tidak puas dengan
pengiriman proyek dan situasi ini telah ada selama bertahun-tahun. Sebagai
contoh, lebih dari 20 tahun yang lalu, direktur managing Slough Perkebunan
menyatakan pandangannya 'bahwa tujuan industri adalah untuk memuaskan kebutuhan
saya tetapi gagal untuk melakukannya. Kritiknya difokuskan pada industri
bangunan kegagalan untuk mengantarkan barang tepat waktu, dan pada harga yang
wajar. Sir Michael Latham (1994) melaporkan menyatakan bahwa "klien tidak
selalu mendapatkan apa yang mereka minta dan tingkat kepuasan klien dalam
industri konstruksi lebih rendah dari industri. Meningkatkan kinerja untuk
memuaskan klien masih fokus dari sejumlah pasca-laporan Latham (misalnya CCF,
1998; CIB, 1996, 1997; Egan, 1998) dan di terakhir Sir John Egan mengungkapkan
"keprihatinan yang mendalam bahwa industri secara keseluruhan bawah
mencapai dan mengatakan bahwa' kebutuhan untuk meningkatkan dalam konstruksi
jelas.
2.7. Literatur
review atas surveyor
Pengetahuan profesional dan standar etika keduanya karakteristik penting
dari kompeten surveyor Namun, literatur sebelumnya konsentrat pada pembahasan
pengetahuan khusus surveyor. Hal ini juga berbeda dari penelitian pada peserta
konstruksi lainnya, tetapi berfokus lebih pada hubungan antara surveyor dan
kinerja proyek konstruksi. Sebaliknya, berfokus pada 'surveyor' sendiri.
Wilayah utama pertama dari penelitian tentang surveyor
membahas peran surveyor. Dalam 1983, RICS (1983) menerbitkan panduan resmi
pertama pada peran kuantitas surveyor di Inggris. Dokumen ini berisi daftar
peran dan tanggung jawab kuantitas surveyor (QS). Hodgetts (1989) juga telah
membahas peran QS Australia.
Sejak itu, RICS telah menerbitkan lebih lanjut tentang peran perubahan
surveyor dalam dua dekade terakhir Mereka telah membahas tantangan perubahan
untuk survei profesional dan mendiskusikan apa yang adalah peran baru
dikembangkan untuk surveyor. Daerah penelitian kedua utama lainnya menyelidiki
keterampilan inti dan kompetensi surveyor. RICS (1985) telah menghasilkan
daftar layanan yang tersedia dari Chartered Surveyor Kuantitas Pada 1990-an,
RICS diterbitkan beberapa laporan yang ditujukan untuk membicarakan persyaratan
pasar untuk survei profesi dan juga menangani keterampilan inti dan pengetahuan
yang seharusnya surveyor kuantitas
Keterampilan dan pengetahuan adalah 'praktis' keterampilan, seperti
komputasi, pengukuran dan lain-lain kontrak, yang penting bagi mereka untuk
dapat melakukan 'tangan-' tugas. Jenis penelitian ini tidak terbatas ke Inggris
Nkado dan Kotze (2000) telah melakukan penelitian serupa di Afrika Selatan.
Ada juga ada kekurangan metode penelitian yang menyelidiki untuk
meningkatkan surveyor ' kualitas dan mempromosikan layanan mereka Ashworth
(1994) telah membahas apa jenis program pendidikan dan pelatihan surveyor
kuantitas mungkin bisa membantu dan meningkatkan kualitas layanan mereka
McNamar (1999) telah membahas bagaimana penelitian dapat menjadi strategi
pemasaran untuk layanan kuantitas survei. Procter dan Rwelamila (1999) telah
mempelajari bagaimana untuk memberikan kualitas layanan untuk surveyor
kuantitas di Afrika Selatan.
Literatur ini berfokus pada masalah bagaimana meningkatkan pengetahuan
profesional dan keterampilan teknis surveyor Namun, elemen kunci kedua profesi,
yaitu kode etik, telah diabaikan.
Ada pekerjaan akademis terbatas pada etika untuk memiliki penelitian
dilakukan di daerah ini. Yang pertama mempelajari persepsi standar etika
surveyor kuantitas profesional dan konstituen penting mempengaruhi pembuatan
keputusan etis. Namun, penelitian ini tidak mencerminkan seluruh gambar untuk
profesi seperti survei difokuskan pada mempelajari survei tertentu divisi.
Juga, kedua makalah mempelajari etika profesional sebagai subjek 'berdiri
sendiri' dan mengabaikan hubungannya dengan masalah lain, seperti kinerja
proyek konstruksi.
2.8.Etika
profesional dan surveyor
Profesional adalah kelompok terorganisir orang yang telah sistematis dan
umum pengetahuan yang dapat diterapkan untuk berbagai masalah. their Selain
itu, mereka perilaku secara ketat dikontrol oleh kode etik yang didirikan dan
dipelihara oleh asosiasi profesional dan belajar sebagai bagian dari pelatihan
yang diperlukan untuk memenuhi syarat sebagai seorang profesional. Akhirnya,
mereka harus memiliki kepedulian untuk kepentingan mereka klien dan masyarakat
daripada kepentingan pribadi ketika mereka menawarkan layanan mereka. Etika
dalam penggunaan umum berarti filosofi perilaku manusia dengan penekanan pada
pertanyaan moral yang benar dan Etika profesional. Namun, selalu terikat dengan
konsep yang lebih praktis dan harapan dari masyarakat, kompetensi tanggung
jawab, suka dan kesediaan untuk melayani publik RICS juga telah mendirikan
persyaratan yang sama untuk surveyor.
Selain mencapai standar yang diperlukan pelayanan di bidang spesialis
mereka, itu adalah diharapkan anggota akan memahami pentingnya RICS profesional
etika dan bersedia untuk memenuhi standar yang dibutuhkan dari mereka (Salah
satu isu-isu inti untuk RICS etika profesional adalah bahwa 'mengamankan klien'
kepentingan '. The Para Etika Profesional Partai Kerja juga telah menekankan
pandangan ini: ia mengatakan bahwa 'Etika profesional adalah memberikan
seseorang terbaik untuk memastikan bahwa klien kepentingan benar dirawat,
tetapi dengan begitu kepentingan umum yang lebih luas juga diakui dan
dihormati. RICS mendefinisikan etika sebagai seperangkat prinsip moral meluas
melampaui kode resmi perilaku Ia juga mengatakan bahwa kesediaan anggota untuk
mengikuti prinsip-prinsip ini adalah salah satu kunci untuk ekspansi profesi
Berlatih dan memberikan saran kepada klien secara etis profesional adalah salah
satu alasan utama orang memilih untuk jawaban pada anggota mengakui badan
profesional. Dengan mengikuti kode etika profesional, anggota menyelesaikan
konflik yang tak terelakkan antara kepentingan dari profesional, klien dan
masyarakat pada umumnya Namun, etika bukan teks tetap yang bisa dipelajari
sekali. 'Etis standar' adalah dinamis masalah Tindakan tertentu dapat etis saat
ini atau dalam masyarakat khususnya dan dalam tertentu situasi, tapi mungkin
bisa dipandang secara berbeda oleh orang lain atau di lain waktu. Oleh karena
itu, diperlukan untuk terus meninjau perilaku dalam rangka untuk mengikuti
dengan terus-menerus mengubah standar Selain itu, penilaian pribadi juga
diperlukan bila etika dilema menghadapi
Dengan cara yang sama seperti yang dilakukan lembaga-lembaga profesional
lainnya; RICS menyediakan satu set Aturan Perilaku mana semua anggota harus
mengikuti secara ketat. Lembaga ini telah diperbarui Aturan Perilaku secara
teratur untuk tetap sejalan dengan sosial yang berubah lingkungan
Dokumen-dokumen menutupi area standar pribadi dan profesional, melakukan
kegiatan profesional dan professional bisnis rincian praktek, dan kerjasama,
konflik kepentingan, profesional ganti rugi asuransi, aturan account anggota ',
belajar seumur hidup dan disiplin prosedur. Selain itu, pedoman etika
lainnya-isu terkait disediakan. masalah meliputi prosedur penanganan keluhan,
mendirikan sebuah perusahaan survei, perlindungan terhadap pencucian uang,
kepemilikan file bisnis, dan pengangkatan sebuah locum untuk menutupi pekerjaan
jika surveyor sedang pergi. Sebagai bagian dari ini, RICS telah merancang
prinsip-prinsip inti sembilan etika, yang merupakan 'Alasan' untuk Aturan
Perilaku. Tujuan dari prinsip-prinsip adalah untuk membantu surveyor di
keraguan tentang bagaimana menangani keadaan yang sulit, atau dalam situasi di
mana ada bahaya bahwa profesionalisme anggota dapat dikompromikan. Ini sembilan
prinsip adalah: bertindak dengan integritas, selalu jujur, terbuka dan transparan
dalam urusan Anda, bertanggung jawab untuk semua tindakan Anda, tahu dan
bertindak dalam keterbatasan Anda, obyektif sepanjang waktu, tidak pernah
mendiskriminasikan orang lain, menetapkan contoh yang baik dan memiliki
keberanian untuk membuat berdiri. Surveyor diharapkan tidak hanya untuk
menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip-prinsip ini, tetapi juga
memiliki komitmen untuk memenuhi etika standar dan mempertahankan integritas
profesi.
Sembilan prinsip dan kode etik melayani tujuan yang sama yaitu untuk
memberikan layanan profesional untuk memastikan bahwa kepentingan klien terjaga
dan kepentingan umum dianggap.
BAB III
PENUTUP
Kode
etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Kode etik profesi merupakan suatu
tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.
Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang
memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode
Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashworth, A.
(1994) Education and training of quantity surveyors. Construction
Ashworth, A. (1994) Pendidikan dan pelatihan surveyor kuantitas. Konstruksi
Papers , 37. Papers, 37.
Belassi, W.
and Tukel, OI (1996) A new framework for determining critical Belassi, W. dan
Tukel, OI (1996) Sebuah kerangka kerja baru untuk menentukan penting
success/failure
factors in projects. International Journal of Project Management ,
keberhasilan / kegagalan faktor dalam proyek. Jurnal Manajemen Proyek,
14(3),
141-151. 14 (3), 141-151.
Boyd, D. and
Kerr, E. (1998) An analysis of developer-clients perception of Boyd, D. dan
Kerr, E. (1998) Analisis pengembang-klien persepsi
consultants.
Proceedings of ARCOM, September 9-11, 1998: The University of konsultan Prosiding
Arcom September 9-11, 1998:. Universitas
Reading, UK,
88-97. Membaca, Inggris, 88-97.
240 240
Building
(1981) Talking the contract through . Bangunan (1981) Berbicara kontrak melalui.Building
, 24 Bangunan, 24
th th
April,
29-31. (No author) April, 29-31. (Penulis Tidak)
Carey, JL
and Doherty, WO (1968) Ethical Standards of the Accounting Carey, JL dan
Doherty, WO (1968) Etis Standar Akuntansi
Profession , New York: American Institute of
Certified Public Accountants. Profesi, New York: American Institute
Akuntan Publik.
Carmichael,
S. (1995) Business Ethics: the New Bottom Line , London: DEMOS.
Carmichael, S. Etika Bisnis (1995): para Bottom Line Baru, Jakarta:
DEMOS.
Carpenter,
J. (1981) Stage manager. Building , 10 April. Carpenter, J. (1981) Tahap
manajer. Bangunan, 10 April.
Chalkley, R.
(1994) Professional Conduct: A Handbook for Chartered Surveyors ,
Chalkley, R. (1994) Perilaku Profesional: Sebuah Buku Pegangan untuk
Chartered Surveyors,
London:
Surveyors Holdings Ltd. Jakarta: Surveyor Holdings Ltd
Chinyio, E.,
Olomolaiye, P. and Corbett, P. (1998) An evaluation of project needs of
Chinyio, E., Olomolaiye, P. dan Corbett, P. (1998) Evaluasi kebutuhan proyek
UK building
clients. International Journal of Project Management , 16(6), 385-391.
Inggris membangun klien. Jurnal Manajemen Proyek, 16 (6), 385-391.
Construction
Clients Forum (CCF) (1998) Working Together for Better Construction,
Konstruksi Klien Forum (CCF) (1998) Bekerja Bersama untuk Konstruksi Lebih
Baik,
London: CCF.
Jakarta: CCF.
Construction
Industry Board (CIB) (1996 ) Towards a 30% Productivity Improvement
Industri Konstruksi Board (CIB) (1996) Menuju Peningkatan
Produktivitas 30%
in
Construction, London:
Thomas Telford. dalam Konstruksi, London: Thomas Telford.
Construction
Industry Board (CIB) (1997) Constructing Success: Code of Practice for
Industri Konstruksi Board (CIB) (1997) Membangun Sukses: Kode Tata Laku
untuk
Clients of
the Construction Industry, London: Thomas Telford. Klien Industri Konstruksi, London: Thomas
Telford.
Construction
Industry Review Committee (CIRC) (2001) Construct for Excellence:
Industri Konstruksi Review Committee (CIRC) (2001) Membangun untuk
Keunggulan:
Report of
the Construction Industry Review Committee , Hong Kong: CIRC. Laporan Komite Industri
Konstruksi Review, Hong Kong: CIRC.
De Wit, A.
(1988) Measurement of project success. International Journal of Project
De Wit, A. (1988) Pengukuran keberhasilan proyek. Jurnal Internasional
Proyek
Management , 6(3), August, 164-170. Manajemen,
6 (3), Agustus, 164-170.
Egan, J.
(1998) Rethinking Construction, London: Department of the Environment
Egan, J. (1998) Rethinking Konstruksi, Jakarta: Departemen Lingkungan
Hidup
Transportation
and Regions. Transportasi dan Kawasan.
Fan, L., Ho,
C. and Ng, V. (2001a) A study of quantity surveyors' ethical behaviour. Fan, L.,
Ho, C. dan Ng, V. (2001a) Sebuah studi tentang perilaku etis surveyor kuantitas
'.
Construction
Management and Economics, 19, 19-36. Konstruksi Manajemen dan Ekonomi, 19, 19-36.
Fan, L., Ho,
C. and Ng, V. (2001b) Effect of professional socialisation on quantity Fan, L.,
Ho, C. dan Ng, V. (2001b) Pengaruh sosialisasi profesional pada kuantitas
surveyors'
ethical perceptions in Hong Kong. Engineering, Construction and surveyor
'etis persepsi di Hong Kong. Teknik, Konstruksi dan
Architectural
Management, 8(4),
304-312. Arsitektur Manajemen, 8 (4), 304-312.
Haralambos,
M. and Heald, RM (1982) Sociology: themes and perspective , Slough:
Haralambos, M. dan Heald, RM (1982) Sosiologi: tema dan perspektif,
Slough:
University
Tutorial Press Limited. Tutorial Tekan Universitas Terbatas.
Hatush, Z.
and Skitmore, M. (1997) Evaluating contractor pre-qualification data: Hatush,
Z. dan Skitmore, M. (1997) Mengevaluasi kontraktor pra-kualifikasi data:
selection
criteria and project success factors. Construction Management and
kriteria seleksi dan faktor keberhasilan proyek. Manajemen Konstruksi dan
Economics , 15, 129-147. Ekonomi, 15,
129-147.
Hiley, A.
and Khaidzir, K. (1999) The future role of architects . Hiley, A. dan
Khaidzir, K. (1999) Peran arsitek masa depan.Proceedings ofProsiding
COBRA, 1999 , September 1-2, 1999: The
University of Salford, UK, 103-112. COBRA, 1999, September 1-2, 1999:
University of Salford, Inggris, 103-112.
241 241
Hodgetts, M.
(1989) The Australian QS. Chartered Quantity Surveyor , September,
Hodgetts, M. (1989) QS Australia. Surveyor Kuantitas Chartered,
September,
12. 12.
Hong Kong
Ethics Development Centre (HKEDC) (1996) Ethics for Professionals Hong
Kong Etika Pembangunan Pusat (HKEDC) (1996) Etika untuk Profesional
(Architecture,
Engineering and Surveying): A Resource Portfolio for Hong Kong(Arsitektur,
Teknik dan Survei): Sebuah Portofolio Sumber Daya untuk Hong Kong
University , Hong Kong: HKEDC. Universitas,
Hong Kong: HKEDC.
Hong Kong
Housing Authority (HKHA) (2000) Quality Housing: Partnerships for Hong
Kong Perumahan Authority (HKHA) (2000) Perumahan Kualitas: Kemitraan untuk
Change –
Consultative Document , Hong
Kong: HKHA. Perubahan - Konsultatif Dokumen, Hong Kong: HKHA.
Jaselkis, E.
and Russell, SJ (1992) Risk analysis approach to selection of contractor
Jaselkis, E. dan Russell, SJ (1992) Risiko analisis pendekatan pemilihan
kontraktor
evaluation
method. Journal of Construction Engineering and Management , 118, 814-
Metode evaluasi Jurnal Teknik Konstruksi dan Manajemen,, 118 814. -
821. 821.
Kometa, S.,
Olomolaiye, P. and Harris, F. (1995) An evaluation of clients' needs and
Kometa, S., Olomolaiye, P. dan Harris, F. (1995) Evaluasi kebutuhan klien dan
responsibilities
in the construction process. Engineering, Construction and tanggung
jawab dalam proses konstruksi. Teknik, Konstruksi dan
Architectural
Management , 2(1),
57-76. Arsitektur Manajemen, 2 (1), 57-76.
Latham, M.
(1994) Constructing the Team, London: HMSO. Latham, M. (1994) Membangun
Tim, London: HMSO.
Mackenzie,
J. (1979) A client's view of the industry. Building Technology and
Mackenzie, J. (1979) view klien dari Teknologi industri. Bangunan dan
Management , September, 22-25. Manajemen,
September, 22-25.
McNamar, ET
(1999) Research as a marketing strategy for quantity surveying McNamar, ET
(1999) Penelitian sebagai strategi pemasaran untuk kuantitas survei
services. Proceedings
of COBRA, 1999 , September 1-2, 1999: The University of jasa Prosiding
COBRA,, 1999 September 1-2, 1999:. Universitas
Salford, UK,
47-59. Salford, Inggris, 47-59.
Nkado, RN
(2000) Competencies required by quantity surveyors in South Africa. Nkado, RN
(2000) Kompetensi yang dibutuhkan oleh surveyor kuantitas di Afrika Selatan.
Proceedings
of ARCOM, 2000, September
6-8, 2000: Glasgow Caledonian Prosiding Arcom,, 2000 September 6-8,
2000: Glasgow Caledonian
University,
UK, 11-20. University, Inggris, 11-20.
Nkado, RN
and Kotze, M. (2000) Competency-based assessment of professional Nkado, RN dan
Kotze, M. (2000) berbasis kompetensi penilaian profesional
quantity
surveying: a South African Perspective. Proceedings of COBRA, August 30
- . survei kuantitas: Perspektif Afrika Selatan Prosiding COBRA, 30
Agustus -
1 September,
2000: University of Greenwich, Greenwich, UK, 281-296. 1 September, 2000:
University of Greenwich, Greenwich, Inggris, 281-296.
Procter, CJ
and Rwelamila, PD (1999) Service quality in the quantity surveying Procter, CJ
dan Rwelamila, PD (1999) Jasa kualitas dalam kuantitas survei
profession
in South Africa. Proceedings of Joint Triennial Symposium CIB profesi di
Afrika Selatan. Prosiding Simposium Bersama PBl Triennial
Commissions
W65 and W55 , September
5-10, 1999, Cape Town, South Africa, 845- W65 dan W55 komisi, September
5-10, 1999, Cape Town, Afrika Selatan, 845 -
854. 854.
Ridout, G.
(1999) Clients say 58% of job finish late. Contract Journal , 14 April,
2. Ridout, G. (1999) Klien mengatakan 58% dari menyelesaikan pekerjaan akhir. Kontrak
Journal, 14 April, 2.
Royal
Institute of British Architects (RIBA) (1992) Strategic Study of the
Profession, Royal Institute of British Architects (RIBA) (1992) Studi
Strategis Profesi itu,
Phase 1:
Strategic Overview , London:
RIBA. Tahap 1: Tinjauan Strategis, London: RIBA.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (1983) The Future Role of the
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (1983) Peran Masa Depan
Chartered
Quantity Surveyor, London:
RICS. Quantity Surveyor Chartered, London: RICS.
Royal Institution
of Chartered Surveyors (RICS) (1985) Checklist of Service Royal
Institution Chartered Surveyors (RICS) (1985) Daftar Layanan
Available
from Chartered Quantity Surveyors , London: RICS. Tersedia dari Surveyor Kuantitas
Chartered, London: RICS.
242 242
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (1991) Market Requirements of the
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (1991) Pasar Persyaratan dari
Profession, London: RICS. Profesi,
London: RICS.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (1992) The Core Skills and
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (1992) Keterampilan Core dan
Knowledge
Base of the Quantity Surveyor, London: RICS. Pengetahuan Dasar Surveyor
Kuantitas, London: RICS.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (1995) The Chartered Surveyor as
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (1995) Chartered Surveyor
sebagai
Management
Consultant: an Emergent Market , London: RICS. Konsultan Manajemen: sebuah Pasar
Muncul, London: RICS.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (1998a) The Challenge of Change.
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (1998a) Tantangan Perubahan.
QS Think
Tank, 1998: Questioning the Future Profession , London: RICS. QS Think Tank, 1998: Mempertanyakan
Profesi Masa Depan, Jakarta: RICS.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (1998b) Professional Conducts:
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (1998b) Profesional Melakukan:
Rules of
Conduct and Disciplinary Procedures, London: RICS. Tata Tertib Perilaku dan Disiplin,
London: RICS.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2000) Guidance Notes on Royal
Institution Chartered Surveyors (RICS) (2000) Bimbingan Catatan
Professional
Ethics , London:
RICS: Professional Ethics Working Party. Etika Profesional, Jakarta:
RICS: Etika Profesional Partai Kerja.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2001) New Conduct and Royal
Institution Chartered Surveyors (RICS) (2001) Perilaku baru dan
Disciplinary
Regulations. London:
RICS. Peraturan Disiplin Jakarta:. RICS.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2002a) Professional conduct. RICS
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (2002a) melakukan Profesional. RICS
Business . Bisnis. September, 24-25. (No
author) September, 24-25. (Penulis Tidak)
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2002b) Discussion: The future of
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (2002b) Diskusi: Masa depan
surveying
profession. RICS Business , September,26-28. (No author) profesi
survei. RICS Bisnis, September ,26-28. (penulis Tidak)
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2002c) No more instructions I hear
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (2002c) Tidak ada instruksi lebih
saya mendengar
you says. RICS
Business , October, 23. (No author) Anda mengatakan. RICS Bisnis,
Oktober, 23. (penulis Tidak)
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2002d) APC Requirements and
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (2002d) Persyaratan APC dan
Competence , London: RICS. Kompetensi,
Jakarta: RICS.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2003a) Discussion: What can RICS
Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (2003a) Diskusi: Apa yang bisa
RICS
do for its
members? RICS Business , February, 20-22. (No author) lakukan
untuk anggotanya? RICS Bisnis, Februari, 20-22. (penulis Tidak)
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2003b) Rules of Conduct.
London: Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (2003b) Aturan Perilaku
London.:
RICS. RICS.
Royal
Institution of Chartered Surveyors (RICS) (2003c) Disciplinary Rules.
London: Royal Institution Chartered Surveyors (RICS) (2003c) Aturan Disiplin
London.:
RICS. RICS.
Vitell and
Festervand (1987) Business ethics: conflicts, practices and beliefs of Vitell
dan Festervand (1987) Etika bisnis: konflik, praktek dan keyakinan
industrial
executives. Journal of Business Ethics , 6, 111-122. eksekutif industri Jurnal
Etika Bisnis, 6, 111-122..